PUISI DARI HATI NURANI
Minggu, 16 Januari 2011
Jumat, 14 Januari 2011
PUISI BUAT TETEH
Lautan Jilbab - Emha Ainun Najib
Para malaikat Allah tak bertelinga, tapi mereka mendengar suara nyanyian beribu-ribu jilbab Para malaikat Allah tak memiliki mata, tapi mereka menyaksikan derap langkah beribu jilbab Para malaikat Allah tak punya jantung, tapi sanggup mereka rasakan degub kebangkitan jilbab yang seolah berasal dari dasar bumiPara malaikat Allah tak memiliki bahasa dan budaya,tapi dari galaksi mereka seakan-akan terdengar suara:ini tidak main-main! ini lebih dari sekedar kebangkitan sepotong kain!Para malaikat Allah seolah sedang bercakap-cakap di antara mereka kebudayaan jilbab itu, bersungguh-sungguhkah mereka?O, amatilah dengan teliti: ada yang bersungguh-sungguh,ada yang akan bersungguh-sungguh,ada yang tidak bisa tidak bersungguh-sungguh Sedemikian pentingkah gerakan jilbab di negeri itu? O, sama pentingnya dengan kekecutan hati semua kaum yang tersingkir, sama pentingnya dengan keputusasaan kaum gelandangan, sama pentingnya dengan kematian jiwa orang-orang malang yang dijadikan alas kaki sejarah Bagaimana mungkin ada kelahiran di bawah injakan kaki Dajjal? bagaimana mungkin muncul kebangkitan dari rantai belenggu kejahiliyahan? O, kelahiran sejati justru dari rahim kebobrokan, kebangkitan yang murni justru dari himpitan-himpitan alamkah yang melahirkan gerakan itu atau manusia? O, alam dalam diri manusia. Alam tak boleh benar-benar takluk oleh setajam apapun pedang peradaban manusia, alam tak diperkenankan sungguh-sungguh tunduk di bawah kelicikan tuan-tuannyaApakah burung-burung ababil akan menabur dari langit untuk menyerbu para gajah yang durjana? O, burung-burung ababil melesat keluar dari kesadaran pikiran, dari dzikir jiwa dan kepalan tangan Para malaikat Allah yang jumlahnya tak terhitung, berseliweran melintas-lintas ke berjuta arah di seputar bumi Para malaikat Allah yang amat lembut sehingga seperjuta atom tak sanggup menggambarkannya Para malaikat Allah yang besarnya tak terkirakan oleh matematika ilmu manusia sehingga seluruh jagat raya ini disangga di telapak tangannya Tergetar, tergetar sesaat, oleh raungan sukma dari bumiPara malaikat Allah seolah bergemeremang bersahut-sahutan di antara mereka apa yang istimewa dari kain yang dibungkuskan di kepala? O, hanya ketololan yang menemukan jilbab sekedar sebagai pakaian badan lihatlah perlahan-lahan makin banyak manusia yang memakai jilbab, lihatlah kaum lelaki berjilbab, lihatlah rakyat manusia berjilbab, lihatlah ummat-ummat berjilbab, lihatlah Siapapun saja yang memerlukan perlindungan, yang memerlukan genggaman keyakinan, yang memerlukan cahaya pedoman, lihatlah mereka semua berjilbabAdakah jilbab itu semacam tindakan politik, semacam perwujudan agama, atau pola perubahan kebudayaan? Para malaikat Allah yang bening bagai cermin segala cermin, seolah memantulkan suara-suara:Jilbab ini lagu sikap kami, tinta keputusan kami, langkah-langkah dini perjuangan kami jilbab ini surat keyakinan kami, jalan panjang belajar kami, proses pencarian kami jilbab ini percobaan keberanian di tengah pendidikan ketakutan yang tertata dengan rapi jilbab ini percikan cahaya dari tengah kegelapan, alotnya kejujuran di tengah hari-hari dusta jilbab ini eksperimen kelembutan untuk meladeni jam-jam brutal dari kehidupan jilbab ini usaha perlindungan dari sergapan-sergapanDunia entah macam apa, menyergap kami sejarah entah ditangan siapa, menjaring kami kekuasaan entah dari napsu apa, menyerimpung kami kerakusan dengan ludah berbusa-busa, mengotori wajah kami langkah kami terhadang, kaki kami terperosok di pagar-pagar jalan protokol peradaban ini buku-buku pelajaran memakan kami tontonan dan siaran melahap kami iklan dan barang jualan menggiring kami panggung dan meja-meja birokrasi mengelabui kami mesin pembodoh kami sangka bangku sekolah ladang-ladang peternakan kami sangka rumah ibadah mulut kami terbungkam, mata kami nangis darahHidup adalah mendaki pundak orang-orang lain hari depan ialah menyuap, disuap, menyuap, disuap kalau matahari terbit kami sarapan janji kalau matahari mengufuk, kami dikeloni janji kalau pagi bangkit, kami ditidurkan ketika hari bertiup, kami dininabobokan kaum cerdik pandai suntuk mencari permaafan atas segala kebobrokan kaum ulama sibuk merakit ayat-ayat keamanan para penyair pahlawan berkembang menjadi pengemis tidak ada perlindungan bagi kepala kami yang ditaburi virus-virus tak ada perlindungan bagi akal pikiran kami yang dibonsai tak ada perlindungan bagi hati nurani kami yang dipanggang diatas tungku api congkak kekuasaan tungku api kekuasaan yang halus, lembut dan kejamTak ada perlindungan bagi iman kami yang dicabik-cabik dengan pisau-pisau beracun tak ada perlindungan bagi kuda-kuda kami yang digoyahkan oleh keputusan sepihak yang dipaksakan tak ada perlindungan bagi akidah kami yang ditempeli topeng-topeng, yang dirajam, dimanipulir oleh rumusan-rumusan palsu yang memabukkan tak ada perlindungan bagi padamnya matahari hak kehendak kami yang diranjau maka inilah jilbab. inilah jilbab! Ini furqan, pembeda antara haq dan bathil jarak antara keindahan dengan kebusukan batas antara baik dan buruk, benar dan salah kami menyarungkan keyakinan dikepala kami menyarungkan pilihan, keputusan, keberanian dan istiqamah, dinurani dan jiwaraga kamiIni jilbab ilahi rabbi, jilbab yang mengajarkan ilmu menapak dalam irama ilmu untuk tidak tergesa, ilmu tak melompati waktu dan batas realitas ilmu bernapas setarikan demi setarikan, selangkah demi selangkah, hikmah demi hikmah rahasia demi rahasia, kemenangan demi kemenanganPara malaikat Allah yang lembut melebihi kristal, para malaikat allah yang suaranya tak bisa didengarkan oleh segala macam telinga, berbisik-bisik di antara mereka Wahai! anak-anak tiri peradaban! anak-anak jadah kemajuan dan perkembangan! anak-anak yatim sejarah, sedang menghimpun akal sehat menabung hati bening, menerobos ke masa depan yang kasat mata lautan jilbab! lautan jilbab! gelombang perjuangan, luka pengembaraan, tak mungkin bisa dihentikan wahai! sunyi telah memulai bicara!
Para malaikat Allah tak bertelinga, tapi mereka mendengar suara nyanyian beribu-ribu jilbab Para malaikat Allah tak memiliki mata, tapi mereka menyaksikan derap langkah beribu jilbab Para malaikat Allah tak punya jantung, tapi sanggup mereka rasakan degub kebangkitan jilbab yang seolah berasal dari dasar bumiPara malaikat Allah tak memiliki bahasa dan budaya,tapi dari galaksi mereka seakan-akan terdengar suara:ini tidak main-main! ini lebih dari sekedar kebangkitan sepotong kain!Para malaikat Allah seolah sedang bercakap-cakap di antara mereka kebudayaan jilbab itu, bersungguh-sungguhkah mereka?O, amatilah dengan teliti: ada yang bersungguh-sungguh,ada yang akan bersungguh-sungguh,ada yang tidak bisa tidak bersungguh-sungguh Sedemikian pentingkah gerakan jilbab di negeri itu? O, sama pentingnya dengan kekecutan hati semua kaum yang tersingkir, sama pentingnya dengan keputusasaan kaum gelandangan, sama pentingnya dengan kematian jiwa orang-orang malang yang dijadikan alas kaki sejarah Bagaimana mungkin ada kelahiran di bawah injakan kaki Dajjal? bagaimana mungkin muncul kebangkitan dari rantai belenggu kejahiliyahan? O, kelahiran sejati justru dari rahim kebobrokan, kebangkitan yang murni justru dari himpitan-himpitan alamkah yang melahirkan gerakan itu atau manusia? O, alam dalam diri manusia. Alam tak boleh benar-benar takluk oleh setajam apapun pedang peradaban manusia, alam tak diperkenankan sungguh-sungguh tunduk di bawah kelicikan tuan-tuannyaApakah burung-burung ababil akan menabur dari langit untuk menyerbu para gajah yang durjana? O, burung-burung ababil melesat keluar dari kesadaran pikiran, dari dzikir jiwa dan kepalan tangan Para malaikat Allah yang jumlahnya tak terhitung, berseliweran melintas-lintas ke berjuta arah di seputar bumi Para malaikat Allah yang amat lembut sehingga seperjuta atom tak sanggup menggambarkannya Para malaikat Allah yang besarnya tak terkirakan oleh matematika ilmu manusia sehingga seluruh jagat raya ini disangga di telapak tangannya Tergetar, tergetar sesaat, oleh raungan sukma dari bumiPara malaikat Allah seolah bergemeremang bersahut-sahutan di antara mereka apa yang istimewa dari kain yang dibungkuskan di kepala? O, hanya ketololan yang menemukan jilbab sekedar sebagai pakaian badan lihatlah perlahan-lahan makin banyak manusia yang memakai jilbab, lihatlah kaum lelaki berjilbab, lihatlah rakyat manusia berjilbab, lihatlah ummat-ummat berjilbab, lihatlah Siapapun saja yang memerlukan perlindungan, yang memerlukan genggaman keyakinan, yang memerlukan cahaya pedoman, lihatlah mereka semua berjilbabAdakah jilbab itu semacam tindakan politik, semacam perwujudan agama, atau pola perubahan kebudayaan? Para malaikat Allah yang bening bagai cermin segala cermin, seolah memantulkan suara-suara:Jilbab ini lagu sikap kami, tinta keputusan kami, langkah-langkah dini perjuangan kami jilbab ini surat keyakinan kami, jalan panjang belajar kami, proses pencarian kami jilbab ini percobaan keberanian di tengah pendidikan ketakutan yang tertata dengan rapi jilbab ini percikan cahaya dari tengah kegelapan, alotnya kejujuran di tengah hari-hari dusta jilbab ini eksperimen kelembutan untuk meladeni jam-jam brutal dari kehidupan jilbab ini usaha perlindungan dari sergapan-sergapanDunia entah macam apa, menyergap kami sejarah entah ditangan siapa, menjaring kami kekuasaan entah dari napsu apa, menyerimpung kami kerakusan dengan ludah berbusa-busa, mengotori wajah kami langkah kami terhadang, kaki kami terperosok di pagar-pagar jalan protokol peradaban ini buku-buku pelajaran memakan kami tontonan dan siaran melahap kami iklan dan barang jualan menggiring kami panggung dan meja-meja birokrasi mengelabui kami mesin pembodoh kami sangka bangku sekolah ladang-ladang peternakan kami sangka rumah ibadah mulut kami terbungkam, mata kami nangis darahHidup adalah mendaki pundak orang-orang lain hari depan ialah menyuap, disuap, menyuap, disuap kalau matahari terbit kami sarapan janji kalau matahari mengufuk, kami dikeloni janji kalau pagi bangkit, kami ditidurkan ketika hari bertiup, kami dininabobokan kaum cerdik pandai suntuk mencari permaafan atas segala kebobrokan kaum ulama sibuk merakit ayat-ayat keamanan para penyair pahlawan berkembang menjadi pengemis tidak ada perlindungan bagi kepala kami yang ditaburi virus-virus tak ada perlindungan bagi akal pikiran kami yang dibonsai tak ada perlindungan bagi hati nurani kami yang dipanggang diatas tungku api congkak kekuasaan tungku api kekuasaan yang halus, lembut dan kejamTak ada perlindungan bagi iman kami yang dicabik-cabik dengan pisau-pisau beracun tak ada perlindungan bagi kuda-kuda kami yang digoyahkan oleh keputusan sepihak yang dipaksakan tak ada perlindungan bagi akidah kami yang ditempeli topeng-topeng, yang dirajam, dimanipulir oleh rumusan-rumusan palsu yang memabukkan tak ada perlindungan bagi padamnya matahari hak kehendak kami yang diranjau maka inilah jilbab. inilah jilbab! Ini furqan, pembeda antara haq dan bathil jarak antara keindahan dengan kebusukan batas antara baik dan buruk, benar dan salah kami menyarungkan keyakinan dikepala kami menyarungkan pilihan, keputusan, keberanian dan istiqamah, dinurani dan jiwaraga kamiIni jilbab ilahi rabbi, jilbab yang mengajarkan ilmu menapak dalam irama ilmu untuk tidak tergesa, ilmu tak melompati waktu dan batas realitas ilmu bernapas setarikan demi setarikan, selangkah demi selangkah, hikmah demi hikmah rahasia demi rahasia, kemenangan demi kemenanganPara malaikat Allah yang lembut melebihi kristal, para malaikat allah yang suaranya tak bisa didengarkan oleh segala macam telinga, berbisik-bisik di antara mereka Wahai! anak-anak tiri peradaban! anak-anak jadah kemajuan dan perkembangan! anak-anak yatim sejarah, sedang menghimpun akal sehat menabung hati bening, menerobos ke masa depan yang kasat mata lautan jilbab! lautan jilbab! gelombang perjuangan, luka pengembaraan, tak mungkin bisa dihentikan wahai! sunyi telah memulai bicara!
Langganan:
Postingan (Atom)